Rabu, 19 November 2014

Film "Keramat"

tadi siang gua barusan liat 1 film horror yang kata temen2 gua serem banget dan berdasarkan kisah nyata. Nih film pengambilan gambarnya kayak film dokimenter gitu. Judul film ini Keramat. Sumpah serem banget nih film, bener2 horror Indonesia. Cerita film ini tuh bermula dari sekelompok tim film yang akan membuat film. Nah, mereka melakukan observasi ke daerah di Yogyakarta. Selama perjalanan itu sebenarnya udah ada tanda-tanda yang mengharuskan mereka agar tidak melanjutkan. Pokoknya segala kejadian aneh mereka alami sampai pada akhirnya Migi salah satu actris kesurupan dan hilang. Kata paranormal si Migi dibawa ke dunia gaib dan bila mereka ingin menyelamatkannya mereka harus ke parangtritis yang merupakan pintu masuk ke alam gaib. Di alam gaib ini nafsu mereka diuji sebenarnya, so siapa saja yang punya pikiran kotor, sifat yang serakah, dan pokoknya berbagai sifat dan tindakan yang jelek dipastikan bakal hilang di dunia alam gaib. Sampai pada akhirnya hanya 3 orang yang selamat.
Selain horor, film ini memiliki pesan khusus tentang lingkungan dan berkaitan juga dengan gempa Yogya tahun 2006 yang konon kabarnya akibat ulah manusia.

Nih kukasih referensi filmya yang lebih akurat :

Judul: Keramat
Sutradara: Monty Tiwa
Pemain: Poppy Sovia, Migi Parahita
Genre: Horor, Thriller
Produksi: Starvision
Rating: 2,5 bintang.
Tahun Produksi: 2009

Gadis itu bernama Migi (Migi Parahita) dan pemegang ka-mera itu bernama Poppy (Poppy Sovia). Kisahnya, ini adalah rekaman gambar pertama behind the scene atau di balik layar pembuatan pro-yek film berjudul Menari di Atas Angin. Film itu rencana-nya akan dibuat di Yogyakarta dengan Migi sebagai pemeran utama perempuan dan Diaz (Diaz Ardiawan) menjadi pe-meran utama laki-laki.
Jangan ditanya seperti apa kisah film Menari di Atas Angin yang disutradarai pe-rempuan galak bernama Mia (Miea Kusuma), asisten sutrad-ara Sadha (Sadha Triyudha), unit produksi Brama (Brama Sutasara), dan line producer Dimas (Dimas Projosujadi). Hampir tak ada adegan di dalam film itu, yang ditayang-kan, kecuali proses pembuatan satu adegan saja, ketika tokoh perempuan yang kehilangan kakinya menyerahkan kado kepada kekasihnya.
Justru, kisah di balik layar pembuatan film ini yang menjadi cerita film berjudul Keramat ini. Film Keramat yang mengisahkan Poppy yang sedang membuat film Menari di Atas Angin. Film ini disutradarai Monty Tiwa (Maaf, Saya Menghamili Istri Anda, Pocong 3, XL, Antara Aku Kau dan Mak Erot, Barbie, Wakil Rakyat) dan diproduseri Chand Parwez Servia dari rumah produksi Starvision. Starvision bekerja sama dengan Wong Cilik’s Indie Picture Produc-tion, divisi perfilman indie dari Moviesta Pictures, untuk memproduksi film yang akan beredar mulai 3 September ini.
Ini bukan pertama kali Monty membuat film bergenre horor. Sebelumnya, ia membuat Pocong 3 dan menulis naskah Pocong 2. Namun, ada perbedaan antara film horornya terdahulu, atau film horor Indonesia umumnya, dengan Keramat.
Monty membuat film horor-thriller ini dengan gaya dokumenter atau pertunjukan realitas (reality show). Hanya ada satu kamera yang dibawa dengan tangan oleh laki-laki di balik kamera bernama Cungkring. Pengambilan gambar terkesan tidak dibuat-buat dan subjektif.
Cesa David Lukamsyah, supervisor penyunting gambar, serta Benjamin Tubalawony, penyunting gambar, membuat film ini terputus-putus, seolah-seolah diambil dari rekaman yang terputus-putus pula.
Ada kalanya film ini hanya menampilkan layar hitam saja menandakan kamera mati atau rerumputan yang menandakan kamera terjatuh. Ada sedikit narasi dari Poppy yang menjadi sutradara sekaligus pembawa cerita di balik layar ini.

Mistik
Gaya pengambilan gambar ini mungkin kerap terlihat di program pertunjukan realitas di televisi. Di film pun gaya seperti ini tidak asing. Film terakhir yang menggunakan gaya dokumenter seperti ini adalah Cloverfield (2008), film garapan sutradara Matt Reeves dan diproduseri JJ Abrams.
Hanya saja, genrenya sedi-kit berbeda. Cloverfield mengi-sahkan sebuah bencana besar yang terjadi pada malam perpisahan laki-laki bernama Rob Hawkins (Michael Stahl-David). Di pesta perpisahan itu, saudara Rob bernama Jason (Mike Vogel) memegang kamera dan merekam komentar teman-teman Rob satu per satu. Ketika bencana itu terjadi, Jason tetap menggunakan kameranya untuk merekam, sampai akhirnya kamera itu terjatuh dan cerita di film itu pun habis.
Monty mengakhiri film ini dengan cara yang sama, ceritanya pun sama-sama tentang bencana. Jika Cloverfield mengambil pertistiwa alam karena seekor makhluk raksasa, Monty menambahkan unsur magis di balik bencana gempa bumi di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Monty tahu, orang Indonesia senang pada sesuatu yang magis. Ini juga membuat ia tidak perlu repot-repot menjelaskan sesuatu jika nantinya ada adegan film yang tidak masuk akal, apalagi film ini dibuat tanpa skenario. Yogyakarta menjadi tempat yang pas untuk film ini.
Banyak orang yang percaya bahwa tempat-tempat tertentu di Yogyakarta masih dihuni makhluk halus. Salah satunya adalah rumah tua tempat Miea dan kawan-kawan membuat film Menari di Atas Angin itu.
Konon, tingkah laku kru film, yang kebanyakan anak muda berasal dari Jakarta itu yang membuat makhluk halus berang dan merasuki Migi. Migi kemudian bertingkah aneh, seperti perempuan ningrat Jawa yang kemayu. Pesan perempuan Jawa itu hanya satu: alam marah karena dirusak manusia. Pesan itu yang kemudian menjadi petunjuk tentang gempa bumi di Yogyakarta.
Ketika Dimas memanggil paranormal untuk mengusir roh halus itu dari Migi, Migi justru menghilang. Konon dia dibawa ke dunia lain yang paralel. Dukun itu membimbing para kru film mencari Migi ke tempat-tempat yang dianggap angker, antara lain Pa-rangtritis, Candi Boko, dan sebuah hutan angker di dekat Candi Boko.
Adegan klimaks terjadi di hutan angker itu. Di situ satu per satu mereka menghilang dengan cara yang yang tidak lazim, lalu bertemu dengan sekelompok orang yang memanggul jenazah salah satu dari mereka, dan bertemu de-ngan perempuan berkebaya putih yang konon penjaga hutan itu. Jangan cari unsur logis di film ini, sebagian besar peristiwanya sangat tidak masuk akal, seperti cerita-cerita mistik yang beredar tentang Parangtritis.

Salah satu aktris favoritku di film ini, Poppy Sofia

ASAL MULA YOGYAKARTA

Kata ngayogya dari kata dasar yogya yang artinya pantas, baik. Ngayogya artinya menuju cita cita yang baik dan kata artinya aman, sejahtera. Ngayogyakarta artinya mencapai kesejahteraan ( bagi negeri dan rakyatnya). Nama tersebut bukan di ciptakan oleh pendiri keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yakni Pangeran Mangkubumi ( Sulatn Hamengkubuwono I), tetapi di cita- citakan kurang lebih 37 tahun sebelumnya, yakni Paku Buwana I ( Pangeran Puger, adik Amangkurat I), raja ke 2 keraton Kartasura.

Situs pusat keraton Mataram II yang pertama terletak di Ngeksigondo yang masih dapat kita lihat sisa bangunan yang terbuat dari batu bata dan nama kawasan yang hingga kini tetap di gunakan seperti Banguntapan, Kanoman, Gedong Kuning, Gedong Kiwa, Gedong Tengen, bekas pemandian Warungbata, Winong, Sar Gedhe ( jadi Kota Gedhe ), kompleks makam Senopaten dan yang lainnya yang tersebar satu kilometer sebelah utara hingga selatan kota Gede. Dan alas Paberingan yang terletak sekitar 5 kilometer sebelah barat Ngeksigondo, pada masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati telah di bangun menjadi hutan rekreasi raja berpagar keliling bambu ( krapyak ) untuk perburuan kijang, di namakan alas Krapyak. Di situ pula Hanyakrawati terluka parah hingga akhirnya wafat, di bunuh oleh pejabat istanannya sendiri Pangeran Wiramenggala ( Kyai Ageng Bengkung ). Karena peristiwa itulah Hanyakrawati di kenal sebagai Panembahan Seda Krapyak.

Konon menjelang akhir pemerintahan Sunan Amangkurat I - Tegal Arum ( 1646 – 1677 ) mendapat wisik bahwa alas Paberingan kejatuhan wahyu keraton. Sehingga ia bermaksud memindahkan keraton Ngeksigondo ke hutan tersebut , telah di mulai dengan membangun bentengnya. Calon kraton itu akan di namakan Garjitawati yang artinya osiking raos ingkang sejatos ( kata hati yang murni ). Rencana itu tidak berlanjut sebab keraton Mataram keburu di rebut pemberontak Trunojoyo yang di dukung rakyat, menentang Amangkurat I yang mengakui kedaulatan penjajah Belanda dan bertindak kejam membantai 6000 santri Giri dan juga kerabat dekatnya sendiri. Dengan betuan pasukan Banyumas dan Bagelen/ Kebumen pemberontakan Trunojoyo dapat di tumpas dan Amangkurat Jawa ( P Anom Amral ) dengan gelar Amangkurat II – ( 1677 – 1678 ). Kotaraja yang rusak di pindah ke Kreta ( yang artinya aman sejahtera )

Setahun setelah perjanjian Giyanti di tandatangani 1755, Alas Paberingan di bangun secara bertahap menjadi kompleks keraton dan dinamakan keraton Ngayogyakarata Hadiningrat, lengkap dengan segala taman- tamannya seperti Taman Sari, Kali Larangan untuk mengisi Segaran dengan Pulau Kenanga di tengahnya yang dinamakan Yasa Kambang dan Panggung Krayak di luar benteng keraton seperti yang kita saksikan sekarang. Arsitek yang di tugasi membangun adalah T Mangundipura.